Minggu, 30 Oktober 2011

BERSANDAR PADA PILAR - PILAR

karya: Abdul Wachid B.S


Ada masanya
Tatkala lalu seorang tua dengan senyum beracun
Setelah jaman Soekarno dan para petani itu
Ratusan orang membentuk lingkaran penonton 
Ratusan orang sekaligus memainkan peran 
Mereka berlatih teater di antara
Tangga-tangga gedung rakyat 
Bukan demonstrasi
Tapi guru dan dosen latihan teatrikalisasi puisi 
Tentang teratai hidup di rawa-rawa
Tentang senasib terjerembab di rawa-rawa
Mereka mendadak menjelma penyair 
Minum angan dari kenyataan 
Menelan buah kepahitan
          Seseorang menguak keramaian 
Dengan mengutip Anton Chekov
"Jika bangsa inginkan peradaban
Sejahterakan guru"
“Gaji kami bagai cacing kepanasan
Perut kosong, mata kunang-kunang
Hidup kami cukup tahu diri
Tak nuntut yang bukan-bukan”
Matahari menjadi latar
Langit bening kebiruan digelar
Sebuah puisi
Melebihi seribu kavaleri
Tapi dari kerumunan itu
Oemar Bakri dengan sepeda kumbangnya
Bertuliskan, "Dijual cepat dan murah
Untuk mengembalikan gaji
Lantaran mengundurkan diri 
Sebab mengikuti tugas istri ke lain propinsi"
Orang-orang ribut
Tapi bukan untuk berdebat
Orang-orang ribut
Justru buat sepakat
“Interupsi!
Bagaimana mungkin
Buruh bekerja, mengembalikan keringat upahnya?”
Aisiah, gadis Yogya dari Gadjah Mada 
Dalam teka-teki hatinya bertanya : 
Bukankah beri upah buruhmu sebelum kering keringat 
Tapi kenapa keringat telah berlarat
Hanya lantaran undurkan diri 
Seorang dosen dipaksa kembalikan upah keringatnya?
"Astaga! Ini lebih jahil dari Abu Jahal!" 
gerutu seorang wartawan 
"Di mana itu?"
“Di satu universitas yang mengatasnamakan umat”
Orang-orang ribut
Tapi bukan untuk berdebat
Orang-orang ribut
Justru buat sepakat
Kami bukan bunga bangkai
Tapi kembang teratai
Kami bukan nyebar kata bangkai
Tapi nuntut manusiawi yang tergadai
Sungguh gedung rakyat menjelma teater 
Dan sejernih wajah bocah 
Guru merasa penyair 
Semoga sajak bukan menambah darah
Aisiah masih bersandar pada pilar-pilar
Ia tak mengerti
Tapi mencoba mengangguk pasti
Dan langit merekam segala itu dalam 
Gerimis yang gemetar 
Sementara itu berdentangan penonton lain
Berlapis barikade dengan 
Gas airmata dan pentungan
Tangan-tangan lalu angkat tangan
Membentuk lingkaran 
"Mari bersulang!”
”Untuk guru kita?".“Bukan!”
“Untuk politisi?”.”Bukan?”
”Untuk polisi?” .“Bukan!”
”Untuk penyair?”.”Apalagi!”
”Habis untuk apa?”.“Untuk teratai.


Puisi Karya 'Chairil Anwar'

PRAJURIT JAGA MALAM

karya: Chairil Anwar


Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
Bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
Kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !



AKU

karya: Chairil Anwar


Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi


Puisi Karya 'WS Rendra'

Sabtu, 29 Oktober 2011


KENANGAN DAN KESEPIAN
karya: WS Rendra

Rumah tua
Dan pagar batu
Langit di desa
Sawah dan bambu
Berkenalan dengan sepi
Pada kejemuan disandarkan dirinya
Jalanan berdebu tak berhati
Lewat nasib menatapnya
Cinta yang datang
Burung tak tergenggam
Batang baja waktu lengang
Dari belakang menikam
Rumah tua
Dan pagar batu
Kenangan lama
Dan sepi yang syahdu




KANGEN
karya: WS Rendra

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
Karena luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
Aku tungku tanpa api




RUMPUN ALANG - ALANG
karya: WS Rendra
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal
Gelap dan bergoyang ia
Dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
Tapi alang-alang tumbuh di dada

Puisi

Senin, 19 September 2011

Contoh Puisi + Citraanya

C I N T A

Kau bukanlah zat yang berwujud  [Citraan Penglihatan]
Tak dapat dilihat  [Citraan Penglihatan]
Tak dapat diraba  [Citraan Peraba]
Tak dapat didengar  [Citraan Pendengaran]
Kau hanya dapat dirasakan dengan hati yang tulus  [Citraan Perasaan]
Setiap orang memilikimu  [Citraan Perasaan]
Namun tidak setiap orang mengertimu  [Citraan Perasaan]
Dihati mereka kau bersemayam  [Citraan Perasaan]
Untuk kemudian disampaikan  [Citraan Perasaan]
Lewat kata-kata indah yang menyentuh kalbu  [Citraan Perasaan]
Kau membutakan mata  [Citraan Penglihatan]
Kau menulikan telinga  [Citraan Pendengaran]
Menghalalkan yang haram  [Citraan Perasaan]
Membenarkan yang salah  [Citraan Perasaan]
          Manisnya cinta kan selalu ada  [Citraan Pencecapan]
          Jika hati saling bersatu  [Citraan Perasaan]
          Harumnya cinta tak kan pernah musnah  [Citraan Penciuman]
          Jika hati bisa saling memahami  [Citraan Perasaan]
Engkau bagaikan bunga yang kokoh  [Citraan Penglihatan]
Bunga yang akan terus tetap menari  [Citraan Kinaestetik]
Tetap tegar walaupun dihempas angin  [Citraan Penglihatan]
Begitupun cinta  [Citraan Perasaan]
Akan tetap bersatu dalam balutan kasih [Citraan Perasaan]


Contoh Prosa Liris + Citraannya

DIA TELAH DATANG SEJAK LAMA

Dia telah menyapamu dengan lembut, lewat deru angin yang membadai. Menyentuh hatimu dengan perlahan, lewat empasan topan yang menderu. Tapi bahasa itu terlalu gelap bagi hati dan jiwa yang membatu. Terlalu lirih bagi sukma yang gagap. Membaca berbagai makna perlambang. Dia telah datang ke lubuk jiwamu. Berkata dengan kalimat yang jernih. Lewat bumi yang bergetar oleh dosa dan suara kebenaran yang tak dibenarkan.
Dia telah datang dengan halusnya. Lewat angin, topan dan badai. Lewat bumi yang bergoyang dan isi lautan yang tumpah-ruah. Tetapi bahasa itu telah lama terlupakan dan kita gagap membaca isyarat alam. Dia telah datang, berbicara, dan menyentuh dengan kasih. Tetapi kita sudah terlalu lama. Tak lagi bisa memahami tanda – tanda. Dia telah datang sejak lama. Begitu lembut, begitu tenang. Sampai kita tak lagi sanggup, menanggungkan bahasa Tuhan.

DIA TELAH DATANG SEJAK LAMA

Dia telah menyapamu dengan lembut,       
Larik puisi diatas menggunakan citraan penglihatan, karena dari kata ”menyapamu” dapat dilihat bahwa  penulis menggambarkan dalam keadaan bertemu, jadi termasuk citraan penglihatan.
Lewat deru angin yang membadai
Larik puisi tersebut seharusnya termasuk citraan perasaan, karena angin hanya bisa dirasakan. Namun pada kata ”deru angin” menggambarkan sebuah suara angin yang sangat besar, jadi termasuk citraan pendengaran.
Menyentuh hatimu dengan perlahan,
Larik puisi tersebut seharusnya termasuk dalam citraan perabaan, namun yang dimaksudkan dari kata ”menyentuh” bukanlah menyentuh dengan indera peraba, namun menggambarkan kalau hati mampu merasakannya. Jadi termasuk citraan perasaan.
Lewat hempasan topan yang menderu
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata “hempasan topan” yang menggambarkan bahwa hempasan itu dapat dirasakan, jadi termasuk citraan perasaan.
Tapi bahasa itu terlalu gelap
Larik puisi diatas menggunakan citraan penglihatan, terbukti dari kata “gelap” menggambarkan bahwa benda itu tidak kelihatan oleh mata, jadi termasuk citraan penglihatan.
Bagi hati dan jiwa yang membatu
Larik puisi tersebut seharusnya termasuk dalam citraan penglihatan, kerena terdapat kata ”batu” yang bisa dilihat oleh mata. Namun yang menjadi inti adalah pada kata ”hati dan jiwa” yang menggambarkan tentang hati yang bisa merasakan. Jadi termasuk citraan perasaan.
Terlalu lirih bagi sukma yang gagap
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, terbukti dari kata “lirih bagi sukma” menggambarkan keadaan dimana sukma/hati merasakan suatu yang sensitif. Jadi termasuk citraan perasaan.
Membaca berbagai makna perlambang
Larik puisi diatas menggunakan citraan penglihatan, karena pada kata “membaca” berarti dalam keadaan melihat, jadi termasuk citraan penglihatan.
Dia telah datang ke lubuk jiwamu
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata ”lubuk jiwamu” Penulis menggambarkan bahwa keadaan itu berada dalam hati  yang berhungan dengan perasaan manusia, jadi termasuk citraan perasaan.
Berkata dengan kalimat yang jernih
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata ”berkata” berasal dari hati yang diungkapkan lewat mulut, namun berhubungan dengan  perasaan. Jadi termasuk citraan perasaan
Lewat bumi yang bergetar oleh dosa
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata ”bergetar” merasa seolah-olah bergetar sungguhan, namun itu adalah makna konotatif. Maksud sebenarnya adalah telah dikelilingi/mendapat dosa. Jadi termasuk citraan perasaan
Dan suara kebenaran yang tak dibenarkan
Larik puisi diatas menggunakan citraan pendengaran. Hal ini sangat jelas pada kata ”suara” yang menggunakan indera pendengaran, jadi termasuk citraan pendengaran
Dia telah datang dengan halusnya
Larik puisi diatas menggunakan citraan peraba, karena pada kata ”halus” dapat dirasakan dengan indera peraba, yakni kulit. Dengan demikian, dapat merasakan sesuatu yang halus. Jadi termasuk citraan perabaan.  
Lewat angin, topan dan badai
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan. Karena angin, topan, dan badai hanya dapat dirasakan, meskipun bukan menggunakan hati, namun menggunakan kulit. Jadi termasuk citraan perasaan.
Lewat bumi yang bergoyang
Larik puisi tersebut termasuk dalam citraan gerak (kinaestetik), karena pada kata ”bergoyang” menggambarkan sesuatu yang sedang bergerak yakni bencana yang besar, misalnya yaitu gempa (konotatif). Jadi termasuk citraan kinaestetik. 
Dan isi lautan yang tumpah-ruah
Larik puisi diatas termasuk dalam citraan penglihatan, terbukti pada kata ”tumpah-ruah” yang menggambarkan suatu keadaan yang tidak beraturan, yang berjatuhan. Karena dapat dilihat, jadi termasuk citraan penglihatan.
Tetapi bahasa itu telah lama terlupakan
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata ”lama terlupakan” mempunyai arti sudah sejak dahulu telah melupakan dan kata itu berhubungan dengan jiwa dan perasaan, jadi temasuk citraan perasaan.
Dan kita gagap membaca isyarat alam
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, terbukti pada kata ”isyarat alam” yang mempunyai arti konotatif, namun dalam artian umum kata itu datang seolah-olah mengisyaratkan slam ini. Jadi termasuk citraan perasaan.
Dia telah datang, berbicara,
Larik puisi diatas menggunakan citraan penglihatan. Meskipun dalam kata ”berbicara” bukanlah merupakan citraan penglihatan. Dapat dilihat dari kata ”datang” yang menggambarkan bahwa ada yang mendatangi dihadapannya. Karena menggunakan indera mata untuk melihat, jadi termasuk citraan penglihatan.
Dan menyentuh dengan kasih
Larik puisi tersebut seharusnya termasuk dalam citraan perabaan, namun yang dimaksudkan dari kata ”menyentuh” bukanlah menyentuh dengan indera peraba, namun menggambarkan kalau hati mampu merasakannya dengan kasih sayang. Jadi termasuk citraan perasaan.
Tetapi kita sudah terlalu lama
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, buktinya dapat dilihat pada semua kata, yang berisi bahwa penulis menggambarkan seseorang merasa sudah lama dan membuat gelisah, jadi termasuk citraan perasaan.
Tak lagi bisa memahami tanda – tanda
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan. Terbukti pada semua kata yang berisi tentang ketidak mampuannya seseorang untuk memahami suatu kejadian – kejadian. Berarti menggambarkan suasana hati seseorang, sehingga termasuk dalam citraan perasaan.
Dia telah datang sejak lama,
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan. Penulis menggambarkan seolah-olah menganggap seseorang sudah datang sejak lama dan perasaannya berkata demikaian, jadi menggunakan citraan perasaan.
Begitu lembut, begitu tenang,
Larik puisi diatas menggunakan citraan peraba perasa. Terbukti pada kata ” lembut” dan ”tenang” menggambarkan perasaan seseorang yang sedang mengalami suasana yang Sangat nyaman dan aman. Jadi larik ini menggunakan citraan perasaan.
Sampai kita tak lagi sanggup
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan. Terbukti pada kalimatnya, yang menggambarkan tentang akhir dari tak mampunya seseorang dalam sesuatu, dan larik itu mengungkapkan dengan hati, jadi termasuk citraan perasaan.
Menanggungkan bahasa Tuhan
Larik puisi diatas menggunakan citraan perasaan, karena pada kata ”bahasa Tuhan”, merasa bahwa bahasa tuhan itu sangat dalam, dan menggambarkan ketidak mampuan seseorang untuk menanggungkan bahasa Tuhan, jadi termasuk citraan perasaan

Kesimpulan :
Puisi yang berjudul ’Dia telah datang sejak lama’ berisi tentang perasaan seorang manusia terhadap keberadaan Tuhan yang selama ini menganggapnya sebagai omong kosong, namun pada kenyataannya, manusia tidak mengetahui kebesaran dan keagunganNya. Dalam Puisi ini juga dijelaskan bahwa manusia sudah diingatkan dengan tanda-tanda atau kejadian alam yang ada, agar manusia itu sadar bahwa hidup didunia ini hanya sementara, dan akhirnya juga akan kembali pada kuasaNya.

Sumber : Raka Afzha

Cerpen

KERANGKA CERPEN

Tema              Percintaan
Judul              :  Menyerah Pada Sang Cinta
Penokohan
a. Anna                    : Baik, sabar, bertanggung jawab
b. Mama Anna          : Perhatian terhadap anaknya
c. Iva                       : Egois, kurang memahami perasaan wanita
d. Imam                   : Baik hati, penyayang, perhatian
e. Mbok Sity             : Mau bersyukur dengan yang telah ia dapatkan
f. Mang Agil              : Disiplin
Alur                Alur Pembayang                        
Tahap Tahap Alur
1.       Tahap Pengenalan
Ø Ada seorang anak perempuan yang namanya Anna
Ø Dia adalah wanita yang sangat cantik dan baik hati
ØAnna mempunyai ibu yang bernama Bu Ratih, dan ayahnya Bp
Jarkop
Ø Dia juga mempunyai pacar yang bernama Ivan
ØAnna mengikuti bimbingan belajar di salah satu bimbingan
belajar di Boyolali yakni Newtron
Ø Ada seorang pemuda lusuh yang bekerja sebagai tukang cat
2.       Tahap Cerita Mulai Bersangkut Paut
Ø Anna terburu – terburu pergi ke tempat lesnya
Ø Ibunya sudah menunggu untuk makan pagi
Ø Anna menolak karena sudah kesiangan
ØIbu Ratih bangga dengan Anna karena sifat & sikapnya mirip 
dengannya
ØSetelah sampai di tempat lesnya, dia segera berlari
karena sudah hampir terlambat
3.       Tahap Konflik
  gØ Anna Menabrak seorang pemuda yang sedang mengecat pintu
  aØ Pemuda itu terkena tumpahan cat
  aØ Anna meminta maaf
  aØ Anna akan memberi ganti rugi
  aØ Pemuda itu menganggap bahwa kejadian itu kesalahannya sendiri
4.       Tahap Klimaks
Ø Ivan mengajak Anna kencan, tapi ditolak
ØAnna merasa capek sekali, seluruh tubuhnya meriang, suhu
tubuhnya naik, matanya mulai berkunang kunang
Ø Anna pingsan
Ø Kemudian pada waktu bangun dia sudah berada di rumah sakit
ØAda seorang laki-laki yang ikut menemani Anna, namun
penampilannya kumal
Ø Anna kebingungan
Ø Ternyata pemuda itu adalah orang yang ditumpahinya cat
Ø Pemuda itu memberi sebuah buku
Ø Pemuda itu pamit dan mendoakan Anna supaya cepat sembuh
Ø Anna membaca buku itu, dan dia merasa tersindir oleh isi buku 
   itu Kalau dilihat dari sisi kehidupannya
Ø Anna telah jatuh cinta
5.     Tahap Antiklimaks
  aØ Anna selalu terbayang bayang pemuda itu
  aØ Dia melamunkan Pemuda itu
  aØ HP-nya berbunyi, ternyata pemuda itu yang menelpon, namanya
          Imam
  aØ Imam menyatakan cinta kepada Anna
  aØ Anna kaget dan kembali pingsan
  aØ Dia bermimpi soal pemuda itu
  aØTiba tiba Anna keluar dari kamar dan pergi ketaman, ternyata 
S        sudah ada sang pujaan  hati
  aØ Mereka pun terikat dalam kasih

‘MENYERAH PADA SANG CINTA’

Anna datang dengan nafas tersengal – sengal. Terburu buru karena 20 menit lagi dia sudah harus pergi ke Newtron untuk mengikuti les. Belum sempat dia mengambil jeruk kesukaannya, ibunya sudah menyambutnya dengan senyum. Ibunya menyuruh agar anna makan pagi dahulu. Tapi anna menolak, karena dia harus secapatnya bergegas ke Newtron. Anna buru – buru ke kamarnya, sebuah kamar yang tidak terlalu luas tetapi tertata sangat rapi, disana sini berjejeran piala dan penghargaan atas semua prestasinya selama ini. Kamar itu dicat warna biru, warna kesukaannya. Dia sangat cinta pada ibunya, memang cerewet tapi Anna tahu bahwa itu semua demi kebaikan Anna sendiri. Setelah cuci muka, langsung dia ganti baju. Dia pun segera turun dan berpamitan pada ibunya.
Anna segera menuju mobil yang sejak dari tadi menunggunya. Mang Agil sopir pribadinya sudah dari tadi menunggu di garasi. Bu Ratih, ibunya Anna, geleng geleng kepala. Dia bangga sekali punya anak gadis seperti Anna, seorang gadis yang sangat aktif dan sangat pandai, tidak suka macam – macam, dan yang lebih membuat bangga lagi anak gadisnya itu cantik sekali yang mengingatkan Bu Ratih akan masa mudanya dulu. Banyak sekali pemuda yang mengiba/mengharap cintanya, dan sering dia berkaca untuk melihat kecantikannya yang rupanya telah banyak berpindah ke anaknya. Sampai didepan Newtron, Anna segera membuka pintu mobil dan langsung berlari menuju ruang kelas. Gedubraakkkkkk....!!!!! Anna menabrak seorang pemuda yang sedang mengecat pintu masuk, bak berisi cat itu pun ngga karukaruan mewarnai baju yang dipakai pemuda itu, belum lagi tumpahan yang berserakan di lantai. Anna pun meminta maaf kepada petugas itu. "Perlu saya ganti berapa Mas atas cat sama bajunya Mas yang rusak gara gara saya, maaf sekali lagi! “Ini kartu nama saya dan Mas telpon saya ya, ntar saya datang ke tempatnya Mas untuk mbayar ganti rugi, maaf saya musti pergi sekarang karena sudah hampir mulai". Namun petugas itu tidak marah, melainkan dia dengan senyuman sambil sedikit bercanda dan memaafkan si anna.
Anna mempunyai pacar, namanya ivan. Kriiiiiiiiinggggggggg........!! "Non Anna, telpon dari Den Ivan...!!!!!" suara Mbok Sity dari kamar tamu. "Ya Mbok, terima kasih ya." Mbok Sity tersenyum, sungguh dia begitu senang bekerja di keluarga itu, dia diperlakukan sangat manusiawi, tidak seperti teman - temannya pembantu yang lain. Si Denok, teman mainnya sejak kecil yang ikut merantau ke Jakarta, sering dimarahi sama majikannya, sering dibentak bentak, itupun setiap bulannya gajinya sering ditunda tunda. "Sayang, ntar malem pergi ke Kemiri Cafe yuk...?" jauh dari telepon suara Ivan, pacar si Anna. "Mmmmhhh, bukannya aku nggak mau, tapi aku capek sekali, lain kali aja ya..." Anna merasa seluruh tubuhnya meriang, suhu tubuhnya naik, matanya mulai berkunang kunang... "Tapi sayang, kamu dateng dong... soalnya aku udah janjian ngenalin kamu ke teman temanku, aku kan malu kalau kamu nggak dateng." Praakkkk... suara telpon jatuh, Anna pingsan dan terjatuh di lantai.
Keesokan harinya Anna terbangun dan mendapati dirinya sedang di rumah sakit, ada papa dan mamanya, dan ada satu lagi pemuda kusut yang langsung tersenyum ketika mata Anna menoleh ke dia. Senyum pemuda itu, oh senyum yang begitu damai, walaupun  penampilannya kumal tapi Anna tidak tahu kenapa dia merasa dalam hatinya bahwa pemuda ini bukanlah orang yang jahat. Setelah cukup lama termangu, Anna lambat laun ingat. Ini adalah pemuda yang kemarin ditumpahin cat, yang baju dan celananya amburadul karena cat itu belepotan di seluruh tubuhnya. Anna tak begitu peduli, pemuda ini masih orang asing bagi dia. "Mah, kenapa Anna di sini...?" Anna mulai membuka pembicaraan dengan mamanya. "Kamu kecapaian sayang, dan kamu kemarin bertengkar dengan Ivan, mungkin kamu terlalu memikirkannya."
"Terus dimana Ivan..?".
"Dia tidak mau kemari, dia masih marah sama kamu barangkali.."
 "Oh ya, Mas ini katanya punya urusan sama kamu, dia tadi malem telpon tapi kamu sudah di rumah sakit, jadi mama suruh saja datang ke rumah sakit." Anna segera menoleh ke pemuda lusuh itu.
"Maaf ya Mas, berapa harus saya ganti atas kesalahan saya kemarin..?." "Itu bukan kesalahan kamu kok, saya datang ke sini justru untuk meminta maaf karena kejadian kemarin, dan ingin menjenguk kamu semoga kamu cepat sembuh"
"Tapi Mas, biarlah saya ganti kerugian kemarin, tidak apa apa kok." "Terima kasih sekali, tapi memang benar saya tidak dirugikan, saya malah bersyukur bisa kenal sama kamu dan keluargamu, ini ada buku kecil untuk kamu baca selama di sini."
Veronika decides to die....*, sekilas Anna melihat judul buku kecil itu, pikiran Anna sudah macam macam, wong baru sakit begitu saja kok sudah dikasih buku tentang kematian, wah kurang ajar juga pemuda ini. Tapi dia tidak berani bilang, jangan jangan....
"Terima kasih ya Mas."
"Semoga cepat sembuh ya, jangan lupa berdoa pada Allah, saya pergi dulu, saya ada kuliah sebentar lagi, Assalamu’alaykum." Pemuda itu ngeloyor pergi dengan senyumnya...
Anna merasa bosan sekali, sudah sehari semalam dia di rumah sakit. Tidak ada yang memperhatikannya sama sekali kecuali mama dan papanya. Ivan memang benar benar marah karena kejadian malam itu, buktinya sampai sekarang sama sekali belum ada telpon dari dia. Dia teringat pada buku kecil yang dikasih pemuda lusuh itu tadi pagi, perlahan dia membukanya.
Veronika, ..... seorang gadis yang punya segalanya, gadis kaya raya dan cantik, gadis pujaan para pemuda, tapi suatu saat dia bosan dengan semuanya itu, karena semua itu tidak membahagiakan dia, batinnya masih kosong. Kemudian Anna pun berfikir fikir,  kalau buku itu cukup bagus. "Bagus juga buku ini" pikir Anna. Dia merasa disindir, walau tidak semua dalam buku ini cocok dengan situasinya, batinnya tidak kosong seperti Veronika, dan dia tidak ingin mati seperti Veronika, Anna masih ingin banyak berbuat bagi manusia dam kemanusiaannya di dunia ini, tapi ada beberapa yang membuat dia berpikir semalaman. Mengapa pemuda itu begitu perhatian dengan Anna, di saat pacarnya sendiripun tidak perhatian dengan dia..?. Anna pun selalu terbayang bayang dengan senyuman pemuda itu. Anna telah jatuh cinta, tanpa alasan mungkin. Karena pemuda itu sama sekali tidak ganteng, pemuda itu lusuh, pemuda itu hanyalah pemuda biasa. Tapi caranya memperlakukan wanita, cara dia bicara, cara dia tersenyum. belum sempat dia menyelesaikan lamunannya HP-nya berbunyi.
"Assalamu alaykum Anna.."
"Waalaykum salam, dengan siapa ya...?
Anna bingung, suara orang yang tak dikenalnya di ujung sana, rupanya di telepon umum atau di wartel karena latar belakang suaranya ribut seperti kendaran bermotor dan orang bincang bincang.
"Dengan pemujamu, aku Imam yang tadi ngasih kamu buku."
"Oh Mas ya...."
"Udah baikan...?"
"Alhamdulillah, anyway thanks bukunya ya..."
"Sama sama, mmhhhh....aku mau ngomong sesuatu semoga kamu nggak marah...."
"Ngomong apa Mas..?".
"Aku telah jatuh cinta denganmu, aku tahu aku bukan siapa siapa, aku sudah cukup bahagia bertemu denganmu, syukur jika engkau terima, jika tidakpun aku bisa menerima". Seperti petir menyambar ubun ubun Anna, lidahnya seperti tertekuk tekuk , tak tahu harus bicara apa..... Anna pingsan lagi....
Dalam pingsannya, Anna duduk berdua dengan pemuda itu di taman penuh bunga bunga indah musim semi, berlatar belakang kincir angin. Tidak ada siapapun di sana kecuali mereka berdua. Semilir angin menghubus suasana yang sunyi. Anna pun seolah olah olah menjadi seorang ratu yang mabuk kepayang. Setelah bangun, anna keluar dari kamar rumah sakit dan mencari bayang bayang pemuda itu. Ternyata pemuda itu sudah menunggu ditaman dan membawakan sekuntum bunga mawar untuk diberikan kepada Anna. Dan mulai saat itu mereka jadian.